Emangnya Susah, Ya?
15.13
Kadang
agak nggak habis pikir sih sama orang-orang yang ngelupain sikap-sikap simpel
yang bisa dibilang sikap paling dasar yang harus semua orang tau dan lakuin
saat di tempat-tempat yang paling sering kita beradai. Kaya di tempat makan dan
di dalam lift.
Emangnya susah, ya?
Bilang terima kasih sama mbak-mbak warteg
yang nganter pesanan kita, bilang permisi kalau mau ambil tisu di meja orang
lain waktu di tempat makan atau waktu mencet nomor lantai saat posisi kita
berada jauh dari tombol di dalam lift? Tulisan ini kena bumbu-bumbu emosi sih,
hehe, makanya saya nggak pake introduksi yang panjang-panjang. Hmmm. Beberapa
hari lalu sih saya ngalamin kejadian yang bikin jengkel, memang kejadian kaya
gini nggak baru sekali, tapi udah sering. Sesering antrian lift diserobot
orang. Lah sekarang ini baru ngerasa kok hal sesimpel itu banyak dilupain
ya?
Jadi,
ceritanya saya lagi di kampus dan mau naik ke lantai 3 ruang dosen sama seorang
teman, saya naik lift dari lantai 1. Waktu pintu lift kebuka, orang-orang di
dalam lift sebelumnya pada keluar dan bersisa satu mas-mas tinggi dan tubuhnya
cukup tegap. Mungkin ia ingin naik kembali. Dia berdiri pas didekat tombol
lift. Saat orang-orang yang mengantri untuk masuk lift (termasuk saya dan teman
saya) berjalan masuk ke lift, pintu lift tiba-tibu menutup sendiri dan hampir
menghimpit saya. Untung saja saya refleks dan langsung menahan pintu dengan tangan,
kemudian saya masuk dan berdiri di paling pojok. Saya merasa kesal dengan mas
itu yang tidak menahan tombol buka pintu lift saat orang-orang masuk. Setelah
saya yang hampir terhimpit, seorang mbak-mbak yang menjadi orang terakhir yang
berjalan masuk ke lift juga hampir terhimpit pintu lift yang tidak ditahan. Ya
Tuhan. Padahal mas itu melihat kejadian saya sebelumnya, tapi kenapa sih dia
nggak sadar gitu buat menahan pintu lift agar kejadian yang sama nggak terulang
lagi? Padahal dia nggak lagi main gadget. Dia cuma bengong.
Okelah
saya akan memaklumi kalau dia sedang berada di dalam situasi yang membuat
pikirannya kosong misalnya baru saja mendapat revis skripsii habis-habisan dari
dosen dan melupakan sikap dasar yang harus ia lakukan sebagai orang terdekat
dari tombol lift dan juga sebagai seorang laki-laki). Tapi tulisan ini
saya dedikasikan untuk kita semua yang merasa hidup sebagai manusia, tahu kan
ya manusia itu makhluk sosial. Anak SD juga tahu. Hal simpel kaya lagi ada di
sebuah tempat bernama lift, ruang sempit
dimana area privat kita rawan terganggu karena ketidaksengajaan dan
keterbatasan ruang. Saat kita jadi orang yang berdiri di dekat lift, ada
tanggungjawab tak tertulis dan mendadak jatuh di pundak kita untuk membantu
orang lain memencet nomor lantai yang ia tuju, menahan pintu agar tetap terbuka
sampai semua orang benar-benar telah masuk dan tertutup saat semua orang benar-benar
telah keluar.
Cuek.
Sikap ini kadang munculnya
dari yang remeh temeh. Mulai dari cuek sama buat ngerawat diri sendiri sebagai
perempuan (ehm, curhat), cuek sama kesehatan karena ngerasa masih muda dan
menganut paham you only live once (you know what I mean), cuek sama
orang-orang di sepanjang gang rumah yang merhatiin kita jalan pulang dari
sekolah menuju rumah dan ngebuat citra orang tua kita jelek karena nggak pernah
nyapa bahkan senyumin tetangga aja engga. Ujung-ujungnya, sikap-sikap simpel
yang harus kita tahu dan lakuin di kehidupan sehari-hari pun jadi terabaikan.
Saya nggak mau bilang salah gadget sih. Ya tahu sendiri gadget emang udah saklek
jadi penyebab kita semua jadi orang yang cuek.
Susah?
Enggak kok.
Gampang
banget malah. Caranya? Ya coba aja nggak menjadi seperti mas-mas di atas.
Simpel aja kok. Moga banyak yang jadi lebih peduli buat nggak jadi orang cuek
terlepas dari alasan-alasan yang bakal kita buat sendiri untuk pembenaran agak
kita nggak di cap cuek.
Selamat
hari Sabtu!
Salam,
Yola.
0 Komentar