Nadhira Dwi Sabrina: Si (Calon) Barista
09.48
Bagi
Dhira, sebagai mahasiswi semester akhir yang rawan dengan rasa jenuh
sewaktu-waktu mau tidak mau membuatnya
harus menghilangkan rasa jenuh dengan melakukan hobinya. Hobi perempuan
kelahiran Bandung, 13 Maret 1994 ini biasa-biasa saja; membaca, menonton film,
dan Ngopi. Hobinya yang terakhir ini menarik perhatian saya, selain karena
memiliki hobi yang sama, Dhira cukup paham ‘seni’ yang ada pada kopi padahal
dia bukan seorang barista. Hal ini membuat saya penasaran dan mengobrol random tengah
malam dengan perempuan bernama lengkap Nadhira Dwi Sabrina ini.
Halo Dhira! Lagi sibuk dan
berkegiatan apa aja nih akhir-akhir ini?
Halo
juga, Yola! Akhir-akhir ini lagi sibuk berkutat dengan judul skripsi dan
bimbingan dengan dosen pembimbing, masih menjalani organisasi di kampus juga sebagai
sekretaris umum, menyelesaikan laporan magang, dan tetap meluangkan waktu
sebagai kakak dan anak buat keluarga di rumah.
Sibuk banget kayanya, semester
akhir, sih ya. Apa hal yang Dhira lakukan untuk escape dari rutinitas kalau
sewaktu-waktu jenuh?
Biasanya
sih selalu sedia kopi di tas, entah itu kopi kalengan atau sachet an, karena
kalau sudah weekdays, bakalan susah untuk keluar dari kampus karena rutinitas
di kampus padat sekali, jadi ya selalu menyiapkan kopi deh kalau tiba-tiba jenuh
menyerang. Atau mungkin nutup tab browser yang lagi searching tugas, nutup
software tugas sebentar, dan lanjut nonton film yang habis di download, minimal
1 film aja.
Dhira itu tipe penikmat kopi yang
berat atau biasa-biasa aja?
Hmm,
masih tergolong standar dan biasa-biasa aja sih menurutku, tapi kalau
orang-orang sekeliling (teman-teman dan keluarga di rumah) menyebut aku adalah tipe
yang sudah die-hard banget alias
pecandu berat kopi. Many men many mind
sih tapi kesimpulannya, aku emang addict
banget sama yang namanya kopi.
Terus kalau sekalinya nongkrong di coffee shop biasanya pesan apa, Dhir? Your favorite one?
Americano,
exactly. Itu yang paling sering
banget aku pesan. Lebih tepatnya Americano, Arabica 100%, diseduh dengan metode
Syphon atau V60. Mantep!
Mendalami jenis-jenis kopi sampai
sejarah atau daerahnya juga nggak? Kalau iya, cerita dong.
Kalau
jenis-jenis dan sejarahnya cukup tau beberapa sih dan sampai sekarang masih
sering-sering mencari informasi seputar kopi buat mendalami ilmunya, walaupun aku
"belum" jadi barista hehe. Lemme
tell you ya. Setauku jenis kopi di dunia itu pada dasarnya ada dua, Arabica
dan Robusta. Biasanya kalau kafe atau resto-resto gitu pakai Arabica, karena
memang kebanyakan orang lebih suka cita rasanya Arabica daripada Robusta.
Arabica itu pahit, Robusta itu asam (banyak orang bilang seasam jeruk pekat
gitu). Kalau dari segi harga, Arabica jelas jauh lebih mahal daripada Robusta
kan. Kalau dari segi kadar kafeinnya, Robusta yang malah jauh lebih tinggi
daripada Arabica. Jadi, sebenarnya untuk orang-orang yang mau begadang,
harusnya minum kopi jenis Robusta, bukan kopi sachet yg banyak pakai gula
hahaha.
Dari
segi daerah, Indonesia itu kaya banget sama jenis-jenis kopi. Di bagian barat, ada
Kopi Aceh Gayo, Sumatera Lintong, Mandheling, dan sebagainya. Di Jawa dan Bali
juga ada Bali Kintamani, sampai ke timur juga ada Toraja, Wamena, dan
sebagainya. Dari segi metode penyeduhan kopi banyak macam metodenya juga,
seperti Syphon, Chemex, French Press,
Areapress, V60, Vietnamese Drip,
dan sebagainya. Banyak kan.
Rumit! Kalau untuk penyeduhan
sendiri itu tiap metodenya beneran bakal membuat rasa kopinya berbeda kah? Kok
menurut Yola biasa aja atau karena kurang peka kali ya.
Rumit
tapi asik! Nah, aku juga sebenarnya belum terlalu merasakan banget perbedaan
rasa kopi secara signifikan kalau diseduh dengan cara yang berbeda-beda itu.
Cuma untuk penikmat kopi, yang namanya "menikmati kopi" itu dilakukan
dari sejak awal kopi itu masih jadi bubuk, di brew, ditunggu sebentar, baru
diminum sampai habis. Banyaknya metode-metode pembuatan kopi yang aku sebutin
tadi memberikan kesan harum kopi yang beda-beda buat para pembuat kopi.
Contohnya kaya aku buat kopi Bali Kintamani, yang satu pakai metode Syphon, yang satu lagi pakai V60. Nah,
karena Syphon itu pakai tempat yang
bisa dibilang agak tertutup, sedangkan V60 itu terbuka (cuma modal cawan agak
besar dan kertas khususnya), jadi ya aku bakalan lebih suka buat kopinya pakai
V60. Karena kalau pakai V60, saat kita lagi brewing,
harum kopinya bakalan kerasa banget. And
that seems like my second paradise on earth.
Nggak kepingin jadi barista aja, Dhir?
Ini
pertanyaan pemungkas sih haha. Jelas mau banget, cuma belum kesampaian, kepinginnya
sih semester depan mau mencoba apply
jadi barista, menunggu sudah nggak jadi mahasiswa sibuk lagi deh.
Btw, ada banyak coffee shop juga yang welcoming
pengunjung untuk melihat proses pembuatannya atau pun belajar membuat kopinya
sendiri kan ya? Sejauh ini paling asik dan reccomended yang sudah Dhira kunjungi itu dimana aja?
Coffee shop
paling asik yang sudah aku kunjungi di Medan namanya Otten Coffee. Coffee shop nya nggak besar amat, cuma
interior di dalamnya asli bikin nggak mau pulang. Dikelilingi sama alat-alat dan
bubuk kopi dari berbagai daerah juga. Kalau sudah masuk ke dalamnya, wangi kopi
itu langsung menyapa pengunjung. Dan memang disana, baristanya bakalan buat
kopinya di depan kita. Sesuai dengan jenis bubuk kopi dan metode yang sudah
kita pesan sebelumnya. Ada lagi, di Dr's Koffie Resto and Lounge dan Hangout
Coffee. Disana latte art nya keren.
Suka banget deh!
Terakhir nih, kalau mendengar kata
atau hari Sabtu apa yang ada di pikiran Dhira?
Sabtu?
Time for coffee and marathon movie. No
life without them.
Saat
ditanya apakah ia setuju bahwa sebuah 'kopi itu seni', Dhira berkata setuju
sekali. Karena seni itu indah,menurutnya sama dengan kopi. Sesuatu dikatakan
seni kalau diawali dengan baik, begitu juga kopi. Dari awal panen, roasting, grind, dekafeinasi, sampai brewing dan siap untuk diminum itu harus
dilakukan sebaik mungkin. Kita doakan yuk semoga keinginannya menjadi seorang
barista nantinya kesampaian. Kalian bisa menyapa atau mungkin mengopi dengan
Dhira di kota Medan lewat akun Instagramnya: @nadhiradwis.
Salam,
Yola.
(Sumber Foto: Dokumen Pribadi Dhira
dan beberapa dokumen coffee shop favoritnya)
0 Komentar