Jily Maulana Malik: Berbagi Melalui DIY
14.02
Bagi sebagian orang, representasi dari hal-hal yang
berbau DIY dan craft adalah perempuan. Sebab perempuan dianggap lebih telaten.
Namun, tak disangka, seorang pria asal Cirebon ini adalah orang di balik akun
@diy.id di instagram yang sering memberikan tutorial DIY stuff sampai ada
diy.id store yang menyediakan barang kebutuhan craft dan art serta menggerakkan
orang-orang dari berbagai kota membentuk komunitas diy.id chapter kota untuk
ikut menyebarkan virus Do It Yourself. Penasaran dengan bagaimana pria di balik
diy.id ini memulai menyukai menyulap barang bekas menjadi sesuatu yang baru,
kan? Yuk, simak selengkapnya dalam obrolan Zahra dengan Jily Maulana Malik berikut
ini.
Halo, Mas Jily! Bisa perkenalkan siapa orang di
balik @diy.id dan apa rutinitas sehari-harinya?
Saya, Jily Maulana Malik, rutinitasnya apa ya,
guru TK di Smart Auladi Islamic Bilingual School, kota Cirebon dan sedang merintis usaha juga, serta founder organisasi sosial junkstore4charity. Ada instagramnya
@junks4charity.
Ceritakan dong, bagaimana awalnya Mas Jily tertarik
untuk membuat akun @diy.id yang bahkan memberikan tutorial DIY stuff?
Saya emang dari dulu suka
DIY gitu, memanfaatkan barang-barang bekas, tapi lebih suka ke furniture sebenarnya. Kalau tiap weekend
mesti suka bikin-bikin gitu. Alat-alat punya sendiri juga, sampai dibilang kayak
tukang. Haha. Nah! Saya punya adik yang melek Instagram, dia nyaranin untuk
buat akun tentang DIY, yang bukan hanya posting foto, tapi juga tutorialnya, karena
yang saya lihat, di sini belum terlalu booming DIY, jadi ya kalau
saya ada satu hal yang bisa dibagikan kepada orang lain, kenapa enggak? Jadi dibuat
deh akunnya.
Menarik sekali, Mas. Oh ya, sejak kapan Mas Jily
menyukai menyulap barang bekas menjadi sesuatu yang baru lagi?
Sejak kecil kali, ya. Seingat
saya dulu waktu SD emang udah suka hal-hal yang berkaitan DIY dan masih ingat
barang apa yang dibuat lalu dijual, yaitu gambar-gambar dragon ball sama pot
dari tanah liat. Nah! Mungkin dari saat itu, cuma lebih fokus setelah lulus
kuliah tahun 2010-an.
Wah wah! Emang sejak kecil, tangan Mas Jily udah
kreatif, ya. Apa sebenarnya tujuan dengan adanya @diy.id di Instagram?
Yaaa.. Enggak juga, sih.
Enggak bisa diem aja kali. Tujuannya lebih ke memasyarakatkan membuat sesuatu
secara mandiri, cuma kendalanya untuk orang-orang kadang ialah caranya atau idenya
bagaimana. @diy.id lebih ke memfasilitasi, jadi kita lebih concern ke
membuat tutorial yang sedetail mungkin, bahan-bahannya, caranya, dan lain-lain.
Sebenarnya banyak tutorial di luar, tapi kadang kita suka susah menemukan bahan
yang sama atau yang bisa dijadikan substitusinya. Nah, di @diy.id juga
memberikan masukan untuk itu.
Berkutat di dunia DIY dan craft, guru TK, juga founder organisasi sosial
junkstore4charity. Dari ketiga hal tersebut, apa yang menjadi passion Mas Jily?
Saya suka semuanya.
Mengajar dan berbagi mungkin intinya.
Bagi orang kebanyakan, image orang yang
senang craft atau DIY stuff adalah perempuan dengan anggapan
bahwa perempuan itu telaten, bagaimana pendapat Mas Jily mengenai hal itu?
Udah biasa sih disangka
perempuan. Hahaha. Enggak ada masalah, saya rasa kreatifitas enggak terbatas
gender. Mungkin paradigma yang terbentuk sudah begitu, ya enggak apa-apa, bukan
berarti kita malu suka craft karena kita lelaki, kita suka craft
terlepas dari orang lain mengira apa, kok. Hehe. Toh, enggak ada ruginya juga.
Malah banyak keuntungannya.
Dari mana Mas Jily mendapatkan inspirasi untuk
dibagikan lewat @diy.id?
Dari mana mana, ide enggak
terbatas dari mana aja. Awalnya semua
mesti meniru. Tapi, kalau meniru aja enggak mau, bagaimana bisa mencipta. Pastinya semua ada keterbatasan, misalnya,
aku enggak terlalu bisa menjahit, paper quilling. Saya bukan dewa, toh.
Nah, di situ juga kita mulai encourage teman-teman @diy.id untuk membuat
karya mereka sendiri dan berbagi caranya.
Apa
yang membuat Mas Jily terus berbagi melalui @diy.id?
Banyak hal. Seneng, sayang sama akunnya, sayang sama
followers-nya, dan ya enggak bisa dipungkiri, bisa dapat penghasilan tambahan
juga.
Ketika
@diy.id yang tujuan awalnya adalah berbagi, lalu kemudian sadar bahwa bisa
menghasilkan uang, bagaimana yang dirasakan Mas Jily?
Yaa.. Senang dan enjoy aja, sih. Cuma tetap
menjaga akunnya, supaya enggak salah arah jadi money oriented. Ada
banyak akun-akun lain juga kok, saya tahu, cuma bukannya merasa lebih baik.
Tapi, mungkin ketika menyadari bisa menghasilkan banyak uang, berubah arah jadi
money oriented, dan posting tutorial cuma sebagai formalitas aja.
Kita punya idealisme sendiri juga, walaupun ada juga penghasilan, tapi jangan
sampai malah mengubah tujuan awalnya.
Apakah
jika hanya dengan ada @diy.id store, bisa menjadi bisnis dan cukup menghasilkan
uang?
Yaaa cukup, enggak banyak tapi cukup. Sekalian
bantu juga yang lain, karena enggak smuanya DIY needs gampang didapatkan.
Bagaimana
menurut Mas Jily tentang maraknya handmade
stuff yang telah masuk di mall dan harganya sangat mahal?
Mau gimana kan, itu hak pembuat, penjual dan
pembeli untuk menjual dan membeli produknya. Tapi harapan saya, banyak orang
lain yang bisa membuat sendiri juga dan kalau bisa malah memasarkannya untuk
menyaingi yang ada di mall-mall itu. Saya punya rencana untuk membuat web
khusus jual-beli seperti etsy (ada blog diy.id juga; diymagz.com), cuma masih belum
dapat partner. Mau memfasilitasi, supaya para crafter enggak cuma bisa
buat, tapi bisa jual juga.
Iya, biasanya juga banyak tuh mas yang
niru handmade stuff, trus diproduksi
banyak sekali, jadi nilai kualitas handmade
stuff berkurang gara-gara itu. Misalnya, lagi booming dream catcher, eh langsung banyak di mall, jadi enggak spesial lagi
dan pasaran. Oh iya, apa yang mendorong
Mas Jily menggerakkan orang-orang dari berbagai kota untuk membuat komunitas @diy.id
chapter kota masing-masing sampai dengan dibuatnya blog diymagz.com?
Oh, gitu, itulah resiko dan tantangan untuk kita untuk
membuang suatu hal yang punya ciri khas dan nilai sendiri. Ya itu, untuk lebih
memasyarakatkan DIY.
Bagi
Mas Jily, apa sih makna DIY (Do It Yourself) itu?
Membuat sesuatu yang bermanfaat bagi sendiri dan
orang lain, serta alam. DIY enggak melulu murah. Enggak melulu barang bekas juga.
Adakah
project yang ingin direalisasikan Mas
Jily tahun ini? Entah itu project diy, furniture atau kegiatan sosial.
Saya
sedang membangun pesantren untuk anak yatim, insya Allah tahun ini jadi. Pengen
juga buat website yang saya bilang sebelumnya dan lebih aktif ke komunitas DIY-nya
juga kali, ya.
Wah,
semoga segera terealisasi, Mas. Kalau bisa nanti DIY chapter kota ada kegiatan offline-nya.
Oh, iya, rencananya begitu. Hehe. Malah yang Bekasi
udah tampil di TV tuh, TV lokal Bekasi.
Sebelum
menutup obrolan kali ini, bagi Mas Jily, hari Sabtu itu seperti apa?
Bikin-bikin atau nonton Korea, dan jalan-jalan. Saya
hobi travelling dan naik gunung juga. Hehe.
Sejak kecil, Jily memiliki sepasang
tangan yang tidak bisa diam, selalu ada hal yang ingin dilakukan. Entah
menyulap barang bekas menjadi sesuatu yang baru, membuat furniture, berbagi tutorial DIY di Instagram. Baginya, passion adalah mengajar dan berbagi. Dengan
berbagi, dia berhasil menggerakkan orang-orang dari berbagai kota untuk membuat
sesuatu yang bermanfaat dengan tangan sendiri. Jika teman-teman pembaca
Saturday Corner ingin belajar untuk memanfaatkan barang lama menjadi barang
yang baru dan unik, silakan intip di akun Instagram @diy.id atau blog www.diymagz.com dan jika sedang mencari
bahan dan alat craft/art, silakan
kalian berkunjung ke toko online @diy.idstore.
Semoga project
yang akan dilakukan oleh mas Jily Maulana segera terealisasi. Semangat berbagi
terus!
Salam,
Zahra.
(Sumber Foto : Dokumen
Pribadi Jily)
0 Komentar