Roufy Nasution: Film Absurd dan Penyenang Perihal Klasik

09.37


Obrolan dengan Roufy Nasution merupakan salah satu obrolan yang tidak lepas dari ‘haha’ dan ‘wkwk’. Cukup absurd memang. Roufy yang merupakan seorang mahasiswa DKV di Universitas Telkom, Bandung ini cukup produktif membuat film-film pendek bersama Mawar Putih Pictures nya. Berdasarkan kesenangannya pada hal-hal berbau klasik, ia baru saja menyelesaikan film pendek barunya berjudul Darapuspita Dianti. Yang tentu saja, tidak terlepas dari beberapa keabsurdan khas Roufy yang diselipkannya. Yuk, simak obrolan Yola bersama Roufy berikut ini.

Halo Rof! Kenalan dulu dong sama pembaca Saturday Corner siapa sih seorang Roufy itu dan lagi sibuk melakukan apa aja.

Rofy adalah seorang mahasiswa DKV yang tiba-tiba suka membuat film sebagai representasi imajinasi dan hidup, kalo kesibukan sekarang adalah memikirkan apa yang harus dilakukan setelah wisuda nanti haha.

Gimana gimana tuh maksudnya sebagai representasi imajinasi dan hidup? Haha ceritain dong awalnya, kapan dan apa yg membuat Roufy tiba-tiba suka membuat film pendek?

Awalnya sih bikin film karena penasaran aja dan yang pertama menggerakkan saya ingin membuat film adalah film pendeknya karya Ismail Basbeth. Setelah itu ya buat film deh. Melalui film saya bisa membuat suatu kehidupan baru yang di setting dengan cerita berdasarkan imajinasi dan nikmatnya bisa menonton imajinasi itu bergerak haha maaf agak ngawur.



Gapapa justru seneng kok ngerusuhin orang-orang ngawur, Rof. Jadi seberapa besar seorang Ismail Basbeth berpengaruh didalem proses karya-karya Roufy? Terus apa ada lagi orang yang menginspirasi selain Ismail Basbeth?

Film Ismail Basbeth yang paling berkesan buat saya adalah film pendeknya yang berjudul Shelter, pengaruh film itu terhadap film yang saya buat adalah, bahwa kalau bikin film nggak harus susah, misalnya seperti harus memakai banyak lokasi, satu lokasi saja bisa jadi cerita asal lokasi itu memang kita sukai. Filosofi itulah yang terus saya pakai dalam pembuatan film, walaupun sebenarnya saja juga suka mengeksplor hal lain dan selama dua tahun ini saya menemukan idola baru juga, seperti Wes Anderson. Yang saya suka dari dia adalah konsistensinya dalam style membuat film, mungkin saya bisa jadi sepertinya suatu hari nanti, tapi bukan bermaksud meniru. Lalu, di Indonesia ada Anggun Priambodo dengan keabsurdnya. Saya senang membuat karya yang absurd asal bisa juga dimengerti hehe.

Btw, Mawar Putih Pictures itu apa sih, Rof?

Mawar Putih itu jujur sebenarnya nama yang nggak sengaja, karena saya suka bunga yang merupakan simbol keindahan, keindahan itulah yang saya coba tunjukkan di karya saya haha. Kalau kru nya sebenarnya teman-teman kampus yang kepingin bikin film dan selalu berganti-ganti dengan tujuan agar saya dapat kenal dengan beberapa karakter orang ketika bikin film.


Balik lg ke 'bikin film nggak harus susah'. ‘Susah’ yang Roufy maksud dari sisi apaan aja sih?

Maksud kata susah disini adalah seperti nggak harus serba ribet misalnya teknis yang waw, kru yang banyak dan lainnya. Yang penting idenya. Saya pernah membuat film pendek berjudul It's Not Your Home Anymore dengan jumlah kru dan talent lima orang, serta modalnya hanya 100 ribu. Income yang saya dapat pada akhirnya juga besar. Walaupun memang terkadang sebenarnya saya juga membuat film yang modalnya cukup besar untuk kantong mahasiswa dan dengan kru yang banyak, tapi itu biasanya sekali setahun. Tujuan untuk membuat film yang modalnya lumayan besar adalah sebagai pembelajaran saja bagaimana cara me-manage uang dan mengatur orang yang banyak, tapi untuk cari uang jajan biasanya buat film yang murah dan pesannya mudah ditangkap, soalnya dari analisa saya perlombaan film ataupun penonton film di Indonesia sangat suka film yang ada pesan moral atau suka memotivasi gitu haha. Tapi ya tetap, ketika saya membuat yang seperti itu, saya juga meletakkan keabsurdan saya dalam membuat film contohnya ada di It's Not Your Home Anymore.



It’s Not Your Home Anymore nya bisa ditonton dimana tuh? Haha jadi penasaran kan sama filmnya buat tau bagaimana seorang Roufy memuat keabsurdannya. Kabarnya baru menyelesaikan Darapuspita Dianti juga ya? Itu film tentang apa tuh? Ada isu sosial tertentu yg Roufy angkat jadi tema dalam film itu nggak?

Sayangnya It’s Not Your Home Anymore nggak bisa ditonton di Youtube, terakhir baru diputar di Festival Film Jabar, ya mudah-mudahan saja kalo ada kesempatan dapat tempat pemutaran lagi bisa ditonton. Sebenarnya agak bingung menjawab pertanyaan dari yang menulis skenario ini haha. Jadi ide dasar Darapuspita Dianti sebenarnya adalah saya ingin membuat film yang berdasarkan dari interest saya, seperti fashion dan barang klasik, musik klasik, dan beberapa kesenangan lainnya, namun di Darapuspita Dianti saya mencoba menghubungkannya dengan budaya populer. Jadi film ini sedikit kebarat-baratan gitu dan anti nasionalislah. Karena yang saya liat beberapa filmmaker suka banget membuat film yang nasionalis gitu, padahal sebenarnya mereka masih terjebak dengan budaya pop, misalnya dari referensi mereka, ya mungkin itulah yang saya coba selipkan dengan dialog yang dibuat dan bahasa visual yang ada di film tersebut. Walaupun pada intinya ide dasar film ini adalah tentang interest saya tadi, lalu tujuan saya membuat film ini juga adalah, bagaimana cara saya bisa membuat film yang segmentasinya universal tapi nggak mainstream banget. Soalnya saya ingin juga menggeser pola pikir saya yang awalnya pingin membuat film art. Kalau keabsurdan yang diselipkan adalah saya mencoba beberapa hal-hal yg diluar logika aja sih, misalnya bagaimana saya mengeksplor narator ataupun visual yang saya buat diberapa film saya, selagi masih muda apa salahnya mengeksplor haha.



Ohiya, selama berproduktif membuat beberapa film pendek yang masuk ke pemutaran dan festival sana-sini, mana yang paling berkesan?

Yang paling berkenan di Festival Film Jawa Barat dengan film It's Not Your Home Anymore, berkesannya itu karena ini film nggak sengaja dibuat dan festival ini juga sangat memberikan supply yang sangat baik untuk seniman misalnya seperti fasilitas yang diberikan dan dari festival film ini saya jadi bisa bertemu dengan Deddy Mizwar dan foto bareng, biar narsis wkwk.

Berhubung suasana tahun baru nih, apa saja yang belum tercapai di tahun sebelumnya dan ingin Roufy capai di tahun ini?

Kalau tahun sebelumnya masih mencari ciri khas, semoga dari tahun ini sampai seterusnya ciri khas itu sudah ditemukan dan semoga bisa dipertahankan. Satu lagi semoga saya wisuda di tahun ini.

Amiin semoga kesampain, Rof! Terakhir nih, hari Sabtu itu hari yang seperti apa sih?

Sabtu itu hari bersantai, bernyaman dan bekrhayal haha.


Lewat keabsurdannya semoga Roufy mampu membangun ciri khasnya pada tahun ini dalam film-film selanjutnya seperti yang ia inginkan. Teman-teman dapat berkenalan dan menelusuri keseharian Roufy membuat film pendek lewat Instagram nya @roufynasution dan channel Youtube nya bernama Roufy Nasution.

Salam,
Yola.

(Sumber Foto: Dokumen Pribadi Roufy)

You Might Also Like

0 Komentar