Tulus Pamit: Perpisahan Rasanya Nggak Pernah Semegah Ini

17.15


Asli, Tulus emang lyrical genius banget sih.  Salah satu musisi yang nggak aneh bikin lagu dengan lirik yang mengeksplorasi kosakata bahasa Indonesia.

Tulus nggak pernah gagal bikin saya bahagia karna lagu-lagunya itu nyastra abis. Pas pertama kali ngedengerin lagu Pamit ini kemaren, bikin langsung mikir. Gila ya, bahasa Indonesia itu sebenernya keren banget kalau para musisi-musisinya nggak takut buat bikin lirik di luar dari zona aman. Tapi masih bisa dimaklumin juga sih, kenapa masih banyak musisi yang belum mengeksplor penggunaan bahasa Indonesia lebih luas lagi di lirik lagunya. Karena bahasa Indonesia itu menantang, suku katanya panjang dan banyak. Penulis lagu dituntut buat ‘ngomong’ lewat lagu, padahal sebagian besar dari kita masih belum bisa ngomong bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Makanya saya bilang, Tulus mulai dari awal debutnya termasuk salah satu yang berhasil. Apalagi lewat Pamit. Lagu ini bisa ngungkapin apa yang sebenernya seorang Tulus, si pencipta lagu rasakan dan ingin ia sampaikan. Makanya saya ngedengerinnya berulang-ulang. Rasanya kaya masuk ke dalam video klipnya yang bahkan belum dipublish.

Tubuh saling bersandar
Ke arah mata angin berbeda
Kau menunggu datangnya malam
Saat kumenanti fajar

Sudah coba berbagai cara
Agar kita tetap bersama
Yang tersisa dari kisah ini
Hanya kau takut kuhilang

Perdebatan apapun menuju kata pisah
Jangan paksakan genggamanmu

Izinkan aku pergi dulu
Yang berubah hanya
Tak lagi kumilikmu
Kau masih bisa melihatku
Kau harus percaya
Kutetap teman baikmu

Sudah coba berbagai cara
Agar kita tetap bersama
Yang tersisa dari kisah ini
Hanya kau takut kuhilang

Perdebatan apapun menuju kata pisah
Jangan paksakan genggamanmu
Yang berubah hanya
Tak lagi kumilikmu

Kau harus percaya
Kutetap teman baikmu
Izinkan aku pergi dulu
Yang berubah hanya
Tak lagi kumilikmu
Kau masih bisa melihatku
Kau harus percaya
Kutetap teman baikmu

Pamit, seperti judulnya aja udah bisa ditebak bercerita tentang perpisahan. Disini Tulus mencoba memposisikan diri sebagai seseorang yang meninggalkan, beda sama Sewindu, dimana Tulus memposisikan diri layaknya seorang yang diabaikan.

Tulus sebagai salah satu musisi pria Indonesia yang masih konsisten di jalur independen lewat label Tulus Co ini juga kayanya selalu bikin warna yang beda di tiap albumnya. Kaya yang sekarang rasanya agak frozen gitu, lebih penuh misteri dan cerita yang sendu. Pertama, ngeliat dari cover single-nya, elegan. Memperlihatkan iconic style-nya Tulus (yang like always) sendirian dan di belakangnya ada hamparan salju berjejak kaki. Kedua, kelihatan banget di Pamit yang nggak cuma cool banget dari segi lirik, tapi lagu ini diperkuat sama instrumental orchestra yang megah. Katanya orchestra ini diisi oleh 50 musisi dari The City of Prague Philharmonic Orchestra. Wah, karya kolaborasi dua bangsa (Indonesia dan Praha) yang nggak main-main ini namanya. Walaupun menurut saya sejujurnya mendengarkan Pamit seperti sedang mendengarkan Writing’s on the Wall-nya Sam Smith, tapi saya sebagai pendengar yang bisanya cuma menikmati musiknya aja nggak mau menjadi bagian dari barisan pengeluh yang menyudutkan.


Pada akhirnya bagi saya, saat mendengarkan Pamit, perpisahan rasanya nggak pernah semegah ini.

Tulus is slay with his first single from his #3 album. Can’t wait to hear the rest!

Salam,

Yola.

You Might Also Like

1 Komentar

  1. wow, nice quote, perpsahan rasanya gak pernah semegah ini... I like it so much

    BalasHapus