Nabila Firdausiyah: Cerita di Balik Kampung Warna-Warni Jodipan
13.55
Akhir-akhir
ini warga Malang sudah tidak asing lagi dengan kehadiran Kampung Warna Warni
Jodipan. Sebuah perkampungan yang terletak di bawah jembatan dan berada di tepi
Sungai Brantas ini dulunya hanya perkampungan biasa yang mungkin tidak membuat
kita menoleh dalam waktu cukup lama saat melewatinya, namun sekarang, bukan
hanya menoleh dan mengamatinya berlama-lama, semua orang yang melihat pasti
akan berkunjung. Akhir September lalu, Saturday Corner mengunjungi Kampung
Warna Warni Jodipan ini dan kami pun penasaran akan cerita dan orang-orang yang
telah ‘mencoret-coret’ kampung ini. Mereka adalah sebuah tim mahasiswa bernama Guyspro dari Universitas Muhammadiyah
Malang (UMM) Jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2013 yang terdiri dari 20 orang,
yaitu Nabila Firdausiyah, Dinni Anggraeni, Wahyu Fitri Aningtyas, Ahmad
Wiratman, Fahd Afdallah Ramadhan, Salis
Fitria, Elmi Rukhiatun Nur Aidah dan Ira Yulia Astutik.
Nabila
Anggota Guyspro
Yuk,
kita simak obrolan Yola di Saturday Corner edisi perdana (setelah hiatus sekian
lama) kali ini dengan Nabila, perempuan kelahiran Probolinggo, 2 Juni 1995 yang
tak lain merupakan sang ketua tim tersebut.
Halo Nabila! Kenalan dulu dong sama
pembaca Saturday Corner siapa sih seorang Nabila itu?
Nabila
adalah seorang mahasiswi biasa yang lebih suka menyibukkan diri dengan hal-hal
yang bermanfaat daripada bengong di kosan, ikut lomba PR atau join event
misalnya, hehe.
Awalnya gimana sih kok bisa
kepikiran bikin project kampung warna
warni ini?
Awalnya
dari sebuah tugas praktikum PR "Manajemen Event", dimana kita harus
memposisikan sebagai Agency PR yang
harus mencari real client. Real client ini yang nanti kedepannya
harus berkenan untuk dianalisis kegiatannya, diobervasi, sehingga kita temukan
permasalahannya dan kita sebagai praktisi PRnya punya jawaban untuk
permasalahan itu. Kebetulan Guyspro (nama Agency
kami) mendapatkan client PT. INDANA, perusahaan asli Malang dengan cat
Decofresh yang bergerak di bidang painting
dan coating. Setelah bertemu dengan
pihak Mareting Communication-nya,
termyata pihak perusahaan menginginkan adanya CSR (Corporate Social Responsibility). Dari situ kita menganalisis kalau
CSR Indana cendurung hanya bersifat charity
(amal), belum menyentuh sustainablity
(keberlanjutan). Sehingga kita carilah target yang sesuai dengan konsep CSR
mereka dan terpilihlah Jodipan.
Konsep
CSR mereka itu mau menyumbang dengan porsi 80% cat dan 20% fresh money.
Setelah Jodipan terpilih sebagai
target project ini, terus prosesnya selanjutnya kaya gimana?
Kita
menyiapkan suatu program yang namanya Kulo Nuwon. Sesuai namanya, disini
istilahnya kita permisi dengan cara mengumpulkan warga, ketua RT, ketua RW,
pihak Marketing Communication Indana
untuk menyampaikan maksud dan tujuan. Sebelum Kulo Nuwon, kita juga melakukan
pendekatan kepada opinion leader-nya
yaitu Pak Parin selaku Ketua RW, disana kami didukung penuh oleh karena itu
proses pendekatan ke warga juga lancar.
Berapa lama tuh bil proses
pengecatannya?
Kita
dapat client bulan Maret, jadi di
bulan Maret udah mulai tahap-tahap riset perusahaan dan riset kampungnya.
Setelah itu tanggal 22 Mei 2016, kita adain event
pembukaan supaya masyarakat Jodipan tau dan mau ikut berpartisipasi dalam
proses pengecatan. Tanggal 6 Juni mulailah pengecatan sampai 22 Agustus 2016 pengecatan
pun selesai.
Warga dan kalian juga ikutan
ngecat? Waaah.
Iya
kita ngikut. Alhamdulillah warga ikut ngecat dan ikut bantuin banget. Jadi yang
awalnya gatau proses ngecat kudu ngapain aja, eh karna proyek ini, kita sekarang
jadi tau. Kita dulu ngerik-ngerik *apa ya bahasa yang tepat* ya pokoknya ngerik
dinding dulu, terus kita plamer biar bisa di cat. Kita juga bikin satu spot
tangga yang bentuknya tribal warna-warni hehe.
Ada momen yang nggak bisa dilupain
nggak atau kendala selama proses pengecatan?
Banyak
yang nggak bisa dilupain. Dari awal yang dulu ngetik Jodipan di Google nggak
keluar apa-apa, sekarang ngerasain dan hmmm banyak banget berita tentang
Jodipan. Yang dari bulan Maret udah harus membiasakan diri naik turun
sekian anak tangga. Kasih sayang orang Jodipan juga nggak bisa dilupain, loyal
banget ke kita disuruh tidur di rumahnya, makan dibikinin, rujakan bareng.
Hahaha. Yang awalnya pengen agar tugas cepat kelar, tapi ketika masuk di tengah
masyarakatnya, udah dianggap anak sendiri, jadinya makin semangat.
Yang
bikin kratak juga ada, udah dari pagi sampe siang bolong kita ngerik dinding
dan ngecat tangga tengah *yang sekarang hitz* itukan kita dulu yang ngecat warna
dasar putihnya, udah panas-panas ngecat dan melamer, udah dapet setengah dari
sekian puluh anak tangga, eh tiba-tiba hujan dan cat putihnya luntur gitu aja.
Yaampun warga disana ternyata baik-baik
banget ya. Mereka ngerasa nyaman nggak sih, Bil setelah tempat tinggal mereka
ini tiap hari jadi ramai dikunjungi orang-orang?
Selama
ini nyaman, cuma ketika ada pemberitaan negatif tentang Jodipan, disitu mereka
nggak nyaman, misalnya pada saat ada berita "Haram bayar tiket Jodipan",
mereka ngerasa dituduh yang enggak-enggak, padahal ada tiket masuk itukan buat
uang kebersihan, maintenance cat, dan
sebagainya.
Melihat rumah warganya rapat-rapat
begitu, ada nggak sih kebiasaan unik masyarakat disana yang Bila perhatiin
selama proses pengecatan?
Hmm
sejauh ini sih kebiasaannya standart
sih, kayak orang pinggiran kita pada umumnya. Masih aktif pengajian, aktif PKK,
aktif arisan, ngerujak, kumpul-kumpul.
Kalian awalnya punya ekspektasi nggak
sih kalo project ini bakal hits
banget? Haha.
Haha, jujur ini diluar ekspektasi banget. Yaa Alhamdulillah, kerjaan kita di apresiasi banyak orang, membawa dampak positif bagi masyarakat Jodipan dan bisa memberi sesuatu bagi Malang.
Guyspro kan awalnya terbentuk dari
tugas mata kuliah, ada keinginan buat lanjut bikin project lain lagi nggak?
InsyaAllah
ada. Pengennya kita kedepan bisa menjadi
agency PR yang profesional hehe. Lanjut nugas PR iya, kalo lanjut proyek
masih sedang proses pemantapan tim.
Gimana pendapat Bila tentang event-event yang lebih menuju ke acara
hura-hura dari tugas mata kuliah semacam ini?
Nabila
liat sih, nggak semua event mahasiswa concern
ke hura-hura, banyak juga yang base-nya
tentang charity dan langkah itu
menurut Nabila pribadi sama halnya dengan yang telah Nabila dan temen-temen Guyspro
lakukan. Cuma apa yang kita lakukan dampaknya massive dikarenakan publisitas yang besar dari netizen dan juga labelling yang buruk sebelumnya tentang
Jodipan. Semisal kaya menjadi satu dari 29 kampung kumuh di Malang, padahal ya
sebenrnya sudah rapi kok dari dalamnya. Mungkin hanya tampak dari luar aja yang
kurang enak dipandang hehe. Terus labelling
sebagai kampung preman kan juga ada. Jadi sebenernya udah banyak event-event atau kegiatan yang
bermanfaat, mungkin hanya kurang terekpos aja hehe. Sarannya sih mungkin lebih
ke cintai passion-mu, pasti disana kita
akan berdampak, bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
Semoga labelling tentang Jodipan yang kaya begitu pelan-pelan hilang ya dari
pikiran orang-orang setelah ini. Terakhir nih, buat seorang Nabila, makna hari Sabtu
itu seperti apa dan ada pesan buat pembaca Saturday Corner nggak?
Hari
Sabtu adalah hari sakral untuk membagi kebahagian hati bersama keluarga :)
Maksimalkan
passion mu, karna ga ada yang tau kekuatan dari hal yang kamu maksimalin :)
Terima kasih
Nabila sudah bersedia dirusuhi oleh Saturday Corner hihi. Obrolan bareng Nabila
ini mungkin bisa membuka satu sisi baru yang nggak pernah diketahui orang-orang
sebelumnya. Bagaimana kerja keras yang saat ini membuahkan hasil dalam
memberikan satu objek wisata baru untuk Kota Malang ternyata dipenuhi dengan
cerita yang hangat. Akan kebaikan dan kelapangan hati masyarakat Jodipan. Cerita
yang nggak terduga, bahwa Nabila sendiri dan kesembilan teman-teman dalam
project tersebut ikut turun dalam proses pengecatan, serta suka duka
dibaliknya. Semoga Nabila dan teman-teman sukses selalu dan semoga semakin
banyak lagi project-project seperti ini ke depannya.
Kenalan
sama Nabila yuk disini :)
Salam,
Yola.
(Sumber Foto: Dokumen Saturday Corner & Nabila)
0 Komentar